275
Nggak ada yang lebih membahagiakan selain melihat Jordy dan Aidan jalan berdua di depanku sambil gandengan tangan.
Setelah tadi Jordy sempat memberi kejutan dengan menaikkan kelas pesawat kami, kini dia sukses membuatku berkaca-kaca hanya dengan sikap lembutnya pada Aidan.
Dia bukan lagi Jordy yang tak memedulikan anaknya seperti yang selama ini kutakutkan pasca kami memutuskan untuk bercerai. Aku bersyukur, Jordy menepati omongannya; bahwa ia akan membesarkan Aidan dengan kasih sayang.
Pemandangan Aidan dan Jordy yang bercanda sampai tak mau saling melepas tangan, adalah kado terindah buatku. Dia tak lagi bersikap monoton dan tahu kapan ia harus memanjakan anaknya walau sesekali.
“Are you happy Aidan? Did you have a good vacation with Mamah and Papi?” tanya Jordy seraya mengusap puncak kepala Aidan.
“Yes!” Aidan menjawab penuh semangat. “Papi, tapi nanti Mamah bobo sama kita di rumah? Mamah enggak tuker pesawat terus bobo di rumah Eyang?”
Aku langsung menenangkan Aidan dengan peluk. “Mamah pulang sama Idan dan Papi.”
“Aaasikkkkk!!!!” “Kiss Mamah dulu,” pintaku dengan menunjuk pipi, dan tanpa malu-malu Aidan mengecup pipiku. “I love you, Anak Mamah.”
“I love you too Mamaaaaah!” “Papi gak diajak nih?”
“Idan gak sayang Papi?” tanya Jordy sambil tersenyum. “I love you tooo tooo tooo, Papiiii!”
Aidan menghamburkan dirinya pada pelukan Jordy. Dan yang makin membuatku takjub, Jordy yang sejarang itu menunjukkan rasa sayangnya pada Aidan, kini benar-benar melepas semuanya. Ia tak lagi malu memeluk ataupun mengecup kening dan pipi Aidan di depan umum.
Masha Allah, semoga keputusanku untuk kembali bersamanya adalah keputusan yang tepat.