377

“Surprise...” Suara pelan El Shaka membuyarkan segala lamunan Anya. Di depan perempuan itu, ternyata bukan cuma ada Shaka, tetapi juga Founder NCIT Corporate—Elliot Kamandhaka.

Pria paruh baya yang mengenal Anya cukup lama itu tersenyum, seraya meletakkan secangkir kopi di atas meja.

“Halo, Anya. Apa kabar?” sapa Pak Elliot. Dalam sepersekian detik, ruh Anya seolah melayang, memerhatikan Shaka yang tersenyum bangga ke arah sang ayah.

“Baik, Pak.” Anya menjawab dengan satu tarikan nafas. Kali ini situasinya berbeda. Kalau dulu setiap pagi Anya gugup karena harus mem-follow up all the deals antar perusahaan dan vendor kepada Pak Elliot, kini gugupnya Anya diakibatkan oleh restu yang ia harapkan dari Beliau.

“Kok kamu tegang gitu, Nya?” tanya Pak Elliot sambil melempar senyum hangat. Tak jauh dari Pak Elliot, sesosok laki-laki yang perawakannya persis dengan Shaka turut menyambut kedatangan Anya dan Nora.

“Halo, gue Rakha,” ucap lelaki itu penuh keyakinan.

“Anya,” balas Anya dengan uluran tangan. “Gak usah lama-lama tangan lo ye!” Dari arah samping, Shaka menepuk tangan Rakha yang membuat Pak Elliot tertawa terbahak-bahak.

Pria itu mengedarkan tatapannya kepada Shaka dan Rakha, “kalian berdua ini dari kecil selalu berebut. Nggak mainan, nggak apapun.”

“Oh, kalo yang sama Anya, Rakha takut dipelototin Shaka. Mending cari yang lain aja deh, mohon maaf ya.”

Lalu Shaka dengan sengaja membulatkan matanya, “tuh sadar lo.”

“Iya, iya, Ka. Tapi Anya, kalau ada temen, boleh kok kenalin ke gue. Udah lama nih tangan gue gak dipegang-pegang. Keburu karatan nanti,” gurau Rakha.

Anya sempat tercengang sekaligus terharu. Ia tidak pernah berpikir bahwa keluarga besar Shaka dengan mudah menerima kehadirannya beserta Nora. Seperti yang telah Anya bayangkan sebelumnya, ia memiliki keraguan untuk dikenalkan Shaka ke keluarganya.

“Iya, Rakha. Kalo ada ya,” ucap Anya seraya menebar senyum. Sementara lelaki tampan di sebelah Anya, asyik mengalungkan tangannya di atas bahu Anya.

“Kagak sopan banget lo sama kakak sendiri,” tegur Rakha, mendengus.

“Kagak sopan apanya sih?” balas Shaka jahil sambil menaik-naikkan alisnya. “Iri ya, bos?” ejek Shaka tertawa-tawa. Mendengar gelegar suara tawa Shaka beserta saudara kembarnya, anak kecil menggemaskan yang sejak tadi tidur nyenyak di stroller-nya menggeliat. Lalu, tidak beberapa lama kemudian, anak kecil itu menangis.

“HUAAAAA!”

Anya sontak terkejut, begitu juga Shaka. Ia langsung mengangkut Nora dari strollernya.

“Bangun kan! Lo sih!” omel Shaka pada Rakha yang menampilkan raut muka bersalah, tapi hanya beberapa detik, karena saat pertama kembaran Shaka itu bertukar pandang dengan gadis kecil berkuncir dua ini, ia langsung gemas kepadanya. Ekspresi lucunya saat menangis tak pelak membuat Rakha ingin merebut Nora dari gendongan Shaka.

Tanpa berpikir panjang, Rakha mengambil boneka beruang yang ada di tangan Nora. Dan ketika boneka itu berpindah tangan, tangis Nora langsung pecah membelah seluruh ruangan.

“HUAAAAAAAA PAPAAAAA!”

“Rakha....” Shaka menggelengkan kepala. Yang menerima pandangan datar, balas menatap bingung ke arahnya. “Sori, sori. Ini Om balikin ya... Ini, ini.” Cepat-cepat Rakha mengembalikan boneka itu pada sang pemilik, dan seketika itu juga tangis Nora terhenti. Tapi mimiknya yang lucu saat masih terisak-isak membuat Rakha makin gemas. Ia mengulurkan tangan, ingin mencubit kedua pipi gembul Nora.

“Cuci tangan dulu, nyet.” Shaka mendorong tangan Rakha. “Nora punya eczema,” beritahu lelaki itu. Reflek, Rakha menjauhkan tangannya.

“Untung lo ngasih tau, gue abis ngerokok tadi. Cuci tangan dulu lah gue,” pamit Rakha. Ia langsung masuk ke villa. Anya di sebelah Shaka memandang kekasihnya dengan tatapan haru. Seperti biasa, apapun yang Shaka lakukan selalu membuat Anya takjub.

“Nya? You okay?” Kali ini suara itu bukan dari Shaka, tapi dari Pak Elliot. Pria itu lantas mengajak Anya menepi sebentar.