tw // blood, gore scene
Aku terbangun tepat pukul tiga dini hari. Kala itu, tiba-tiba saja perutku terasa begitu sakit melilit. Sejak pagi kukira aku akan datang bulan karena rasa sakit ini, tapi semakin kurasa, sakit perut ini bukanlah sakit perut biasa. Keringat telah bercucuran di sekitar dahi dan pelipisku. Di samping, Aidan sudah terlelap. Ia kelelahan setelah ikut ekskul futsal di sekolah. Karena itu, aku tak tega membangunkannya. Jadi kuputuskan untuk menyeret kakiku ke kamar mandi.
Di dalam sakit perutku kian menjadi-jadi. Rasanya bukan lagi seperti ingin buang air besar, tapi perih minta ampun bagai dirobek dan ditendang pakai kaki. Aku sontak berteriak-teriak, namun entah mengapa air keran tiba-tiba menyala sendiri.
Suaraku teredam, dan aku semakin tersiksa karenanya Sakit perut ini makin menggila, mungkin seperti inilah rasanya orang yang mau melahirkan.
Ditengah-tengah aku menahan sakit yang begitu hebat, darah mengalir deras dari bawah
Terlihat sebuah gumpalan darah yang bergerak sangat lambat dan perlahan..ia berhenti. Aku gemetaran, hancur dan luruh kala mengusap darah yang masih berceceran di lantai. Seketika itu aku tersadar bahwa... gumpalan darah itu bernyawa.
Nyawa yang seharusnya bertumbuh dalam rahimku, menjadi kebanggaan dan kesayangan Jordy-Aidan. Namun ia meninggalkanku, bahkan disaat aku belum sempat memeluknya.
Apa yang harus kukatakan pada Jordy dan Aidan? Kepalaku pusing mendadak disela-sela perihnya area sensitifku akibat pendarahan itu.
“Saya sudah bilang...jangan usik keluarga saya!” Geraman seorang perempuan terdengar amat jelas di samping.
“Saya tidak akan pernah membiarkan KAMU punya anak dari Ody!”
Nafasku tercekat. Aku tahu suara itu milik siapa. Penuh dendam dan sangat mencekam. Suara itu terus memborbardir kepalaku hingga aku tak kuat lagi menahan sakit yang bertubi-tubi ini. Mataku lambat laun terpejam, namun jelas sayup suara Aidan terdengar di sebelahku.
“MAMAAAAH! MAMAAAAH BERDARAH!!!” Kurasa Aidan mencoba mendekatiku, tapi entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja Aidan menjerit histeris.
“MAMAAAAH! MAMAAAAAH!!! PANASSSS! MAMAAAH TOLONG!!!! MAMAAAHH ADA YANG MAKAN ITU GAK TAU IDAN TAKUT MAAAAH!”