Repeating The Same Mistakes

“Nora udah tidur, Sus?” tanya Shaka saat ia menemukan pengasuh putrinya baru saja keluar dari kamar sang anak.

“Iya, Pak. Baru aja,” sahut Chika. Setelah sang pengasuh berpamit diri, Shaka lantas menuju kamar Nora, membukanya sebentar. Anak itu sudah terlelap. Dan merupakan kebiasaan Shaka, jika pulang kerja usai bersih-bersih, menengok Nora dan mengusap kepala anaknya.

“Nowa,” ucap Shaka pelan. “Mamanya susah dikasih tau, Papa diambekin terus. Papa harus ngapain ya?”

“Pusing,” kata Shaka sambil tersenyum seraya memijat kepalanya. Tidak lupa, Shaka menggenggam tangan Nora sesaat, kemudian ia mengecup kening anak itu. “Papa mau sewa body guard tapi nanti malah naksir Mama, hahaha. Gampangan bujuk Nowa ya, kalo ngambek dikasih es krim sama dibacain cerita, juga udah selesai...”

“Semoga dedek El nggak kenapa-napa ya di dalem. Nowa doain ya, Nak.” Usai berucap demikian, Shaka bergegas meninggalkan kamar putrinya, kemudian menyusul Anya yang sudah di kamar lebih dulu.

———

Masih betah saling bungkam, baik Anya maupun Shaka sama-sama enggan bicara. Jangankan buka mulut, Anya membelakangi Shaka, begitupun sebaliknya. Dua-duanya berkemelut dengan pikiran sendiri.

Anya tidak bisa menerima perlakuan Shaka, yang mengajaknya bicara dengan intonasi layaknya memerintahkan anak buah. Sedangkan Shaka pusing sendiri menghadapi keras kepala Anya. Shaka berkali-kali menegaskan bila sikapnya ini hanyalah bentuk kekhawatirannya pada Anya, dan ia tak mau Anya kelelahan.

Tetapi Anya dengan kekeuh-nya menganggap tindakan suaminya berlebihan. Anya ingat betul bahwa Shaka dengar sendiri saat check up dengan dokter kandungannya. Tidak perlu terlalu khawatir tentang Anya dan bayinya. Semua baik-baik saja.

“Anya,” panggil Shaka pelan seraya mengelus punggung Anya dari belakang. Namun sang istri tetap tak mau menjawab.

“Aku tau kamu belum tidur, Anya,” kata Shaka lagi. Anya menggigit bibir bawahnya, yang berarti ia mengakui ucapan suaminya. Lagipula, siapa sih yang bisa tidur jika masih ada masalah seperti ini?

“Nya, dengerin.”

Anya bergeming. Helaan nafas berat yang terdengar dari perempuan itu, membuat Shaka mengerti jika malam ini tidak akan kondusif. Anya dan keacuhannya tentang kesehatan, kerap menjadi momok bagi Shaka.

“Anya...” panggil Shaka sekali lagi.

“Nya, what is it? What do you want?”

Nada ketus kembali terlambung dari bibir Shaka. Mendengarnya, batin Anya lama-lama tidak kuat. Bahunya mulai gemetar hebat.

“Kamu nggak sabar banget sama aku ya, Ka? Capek kan katanya?” balas Anya sambil menangis.

Shaka menghela nafasnya. Sungguh, dia sejujurnya tidak ingin melihat air mata mengalir dari Anya. Air mata Anya juga menampar keras Shaka, karena mungkin ia juga terlalu gusar pada Anya barusan.

“Aku khawatir, Anya,” balas Shaka berusaha meredam emosi.

“Kamu tau kan susah banget dapet close deal dari orang kayak Pak Harris?” sahut Anya tak peduli.

“Iya, aku tau, Nya. Emangnya nggak ada nasabah lain? Banyak kali yang mau invest. Kamu aja yang terlalu maksain diri kayak gitu,” sengit Shaka.

“Maksain apa sih, Ka? I did it for you. For the sake of the profit.”

Shaka mulai terpancing saat Anya masih saja tak mau mengerti maksudnya, ia memutar bola matanya. “For the sake of the profit? Then what about yourself?”

“Kenapa kamu tuh? Nggak bersyukur banget. Makasih kek, istrinya disayang kek, malah diomel-omelin gini,” dumel Anya.

“Enough, Anya. It's enough. Just do whatever you want. I don't think I can't handle you.” Shaka mendengus kesal, sampai tak sadar jika nada sengitnya meninggi.

“Iya! Emang susah nikah sama aku. Aku gak gampang kamu kasih tau, aku suka ngelawan suami. Apalagi, Ka? Sebut aja!”

“Astaga Anya...” geram Shaka berusaha sabar. “Nora udah tidur!”

Anya pun terdiam, namun terus menangis. Shaka tidak pernah semarah ini kepadanya. Tatap dingin tetapi menusuk yang Shaka perlihatkan kepadanya, menyentak batin Anya malam itu.

Ini kali pertama, Anya dan Shaka terlibat pertengkaran besar setelah satu setengah tahun bersama. Dan tentu saja Anya amat takut karenanya.

“I'm afraid, Ka...”

“What are you afraid for?

“I'm just repeating the same mistakes. I don't know how to be a good wife.”

Tidak ada balasan dari Shaka. Dan itu berarti, Shaka bisa saja mengiyakan ucapan Anya.

Sepertinya yang dikatakan mantan mertuanya tentang Anya... memang betul.

Anya memang terbilang beruntung dalam karier tapi tidak dalam percintaan. Just like any other independent women out there.