Asmalibrasi
Satu yang paling mencuri perhatian dari acara hari ini.
Adalah Mentari yang mengenakan kebaya bergradasi biru ungu dengan rambut yang disanggul modern. Aura gadis kemarin sore-nya lenyap dalam sekejap.
Di mata Jordy, perempuan itu justru memancarkan aura pengantin yang sangat dalam. Ia bahkan sampai sulit berkata-kata. Jordy jarang berpendapat seperti ini.
Namun bila ia sampai berpikiran begitu, artinya... Mentari memang memiliki daya pikatnya sendiri.
Diapit Bulik Ratih, Dhea dan Paklik, Mentari diantarkan pada Jordy yang kala itu menggandeng si kecil Aidan di sebelahnya.
Padahal Jordy sudah menjelaskan pada putranya untuk tidak heboh. Tapi dasar anaknya ekspresif, dengan penuh semangat Aidan menyapa ibu sambungnya.
“Mamah cantik sekaliiii! Idan mau ikut Mamah, Papiii! Idan mau sama Mamaaah!” Lihat saja bagaimana bocah itu melepas genggaman ayahnya. Dia berlari ke arah Mentari lalu memeluknya sebentar.
“Ganteng banget anak Mamah. Sini, nanti kita ke Papi, ya.”
Aidan mengangguk. Lalu pertemuan antar dua keluarga itupun berlangsung. Jordy dengan wibawa dan pesonanya, membius beberapa sanak keluarga Mentari yang baru pertama kali bertemu dengannya.
“Heyalah, kalo Dudanya modelan begini, tau gitu tak dului kenalan sama putriku.” Celetuk salah satu tante dari Mentari.
“He-eh ya, Mi. Riri nih beruntung dapet duda ganteng kayak gini. Wong sugih pula.”
Bisikan-bisikan itu mampir ke telinga Jordy. Tapi dia tahu, pun kalau dua dari perempuan itu mengenalkan anaknya, belum tentu dia bisa menerima Aidan seperti Mentari.
“Selamat siang semuanya, Sugeng Rawuh. Hari ini kita diundang hadir dalam acara pertunangan Jordy Hanandian dan Mentari Gaudina. Monggo, dari keluarga Nak Jordy, apakah ada yang ingin disampaikan?”
Pemandu acara itu mempersilakan. Jordy berdeham sebentar sebelum ia melangkah maju. Setelah menerima mic, Jordy mulai bersuara.
“Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bulik, Paklik, dan Dhea, serta keluarga besar Mentari yang sudah mengizinkan kami sekeluarga datang ke sini.”
”...Saya berharap acara ini dapat berlangsung dengan baik, dan lamaran saya diterima.”
Sorai suara bergema ketika Jordy mengumandangkan keinginannya. Mentari di sisi lain, menggaruk pelipisnya yang tak gatal sambil menggenggam erat tangan Aidan karena terlalu tegang.
“Bagaimana Nak Riri, apakah lamaran putra saya diterima?” Kali ini ayahanda Jordy gantian bertanya.
Mic itupun kini berpindah pada sang puan. “Diterima, Pa.”
Baik Bulik, Paklik, Dhea dan seluruh keluarga yang menghadiri lamaran itu bertepuk tangan meriah. Dengan jawaban Mentari, kini Jordy resmi menjadi calon suami dari Mentari.
Keduanya saling bertukar cincin, berjanji akan saling menjaga dan menyayangi satu dengan yang lain. Memadukan asmalibrasi yang menguar hebat diantara keduanya.
Saat cincin itu telah tersemat, Jordy lagi-lagi memberi kejutan. Dikecupnya kening Mentari pelan.
Ini sungguh bukan yang Mentari harapkan. Sebab sejak awal pikirannya telah terarah bahwa lelaki itu sama sekali tak mencintainya.