Bagian Dua Ratus Enam Puluh Enam Puluh Enam.

Let Your Heart Chooses

Padahal tinggal sedikit lagi Xavier menghabiskan kuah mie ayam yang ada di mangkuknya. Tetapi tahu-tahu, seorang lelaki yang sangat ia kenal bahkan secara brutal berpotensi menaikkan tensi darahnya, tiba-tiba saja menyanbangi meja Xavier.

Tidak peduli banyak mata yang melihat, lelaki itu dengan pandangan menyalak lurus-lurus menatapnya. Dia tidak berpikir panjang bahwa perbuatannya bisa saja menjadi bumerang bagi dirinya sendiri di masa depan.

“Pulang!” teriak lelaki itu gusar. Ditariknya lengan perempuan yang tadi tengah menyeruput teh panasnya. Perempuan itu sama sekali tidak tercengang, justru sepertinya dia sudah tahu duluan.

“Kamu mau ngapain sih, Biel?” Rongga dada perempuan itu terasa sesak ketika matanya melirik sesuatu yang melingkar di pergelangan lelaki bernama Biel tersebut.

Sesuatu itu berupa gelang berwarna hitam, yang tentunya tidak pernah ia miliki.

“Ngapain?” balas Biel dengan alis bertaut. “Bawa kamu pulang. Bawa kamu pergi dari orang yang ngasih bad influence ke kamu,” sergah lelaki itu kemudian.

“No, just let me go.” Sekuat tenaga perempuan itu menghempas tangan Biel yang sedang mencengkramya kuat.

“Are you crazy?” ujar Biel, lalu ia melirik Xavier dengan tatapan dingin, “See? He doesn't do anything. Dia diam aja dan nggak nyoba merebut kamu. I told you, right? He's here just to drag you down. Kamu mau rusak gara-gara dia?”

“Maksudnya?” Kali ini yang bersuara bukan Regina, melainkan oknum yang sejak tadi menjadi bulan-bulanan Biel.

“Can you just let me go?” tanya Regina sekali lagi. Ia melirik Xavier yang rahangnya mulai mengeras, pertanda bahwa emosi lelaki itu sebentar lagi akan menguar.

“Nggak, Gin. Aku nggak bisa lepasin kamu,” jawab Biel enggan mengalah.

“Pulang sekarang.” Biel tetap mendesak.

“Aku enggak mau. Aku mau di sini,” kata Regina berkeras hati.

“Nggak malu kamu ya?” sinis Biel kesal. Tetapi sebelum lelaki itu berhasil memaksa Regina untuk kedua kalinya, Xavier lebih dulu membereskan barang-barang Regina. Kemudian ia berjalan dan berhenti di samping Biel dengan memegang bahunya.

“Gue nggak mau ikut campur, tapi cara lo main kasar ke dia...” Xavier meletakkan salah satu barang Regina di meja, lalu menarik tangan Biel yang masih menggenggam kuat pergelangan tangan Regina.

Setelahnya, gantian laki-laki itu yang menekan kuat telapak tangan Biel hingga sepertinya Biel melemah karena Xavier menekannya cukup dalam.

“Buat gue gak suka. Kalau mau main kasar, sama gue. Jangan sama cewek.” Lelaki itu berucap diiringi sorot tajam di matanya. Tidak ada nada tinggi yang terdengar dari perkataan Xavier, namun jelas penekanan begitu kentara dari tutur lelaki bertubuh tinggi itu.

Usai puas mencengkram telapak tangan Biel, Xavier pergi tanpa menoleh kembali ke arah Regina. Dan hal ini cukup membuat Regina bergidik ngeri. Selama ini di matanya, Xavier sangat ramah pada siapapun.

Tetapi tidak pagi ini. Pandangan serta raut wajahnya tampak mengerikan ketika Biel dengan berani menggeret namanya dalam masalah mereka.

Hari ini juga adalah kali pertama Regina melihat Xavier marah. Entah pada siapa, tetapi emosi Xavier itu justru membuatnya jauh lebih patah hati ketimbang tahu Biel berpaling darinya.