Can't Let My Eyes of Her
“Napa lo?” tanya Teza pada Jordy ketika mereka sedang break syuting. Keduanya duduk di gazebo yang menjadi basecamp crew, dengan rokok ditangan serta kopi hitam di depan keduanya, Jordy secara bergantian menghisap rokok serta menyeruput kopinya dalam-dalam.
Kalau sudah seperti ini, artinya Jordy sedang dilanda stres berat. Teza paling hafal dengan sobat SMA-nya itu. Wajahnya lesu, penampilannya berantakan, kumisnya tak tercukur rapi. Tak jauh beda dengan penampilannya saat tiga tahun lalu Kirana pergi.
“Lo masih kepikiran yang tadi?” tanya Teza dengan wajah sungguh-sungguh. Kening Jordy mengerut dalam. “Sedikit.”
“Ya elah,” decak Teza heran. “Salah kali, keserimpet lidahnya.”
“But that still weird for me. Dia nggak pernah kenal gue,” keluh Jordy dengan tampang bertanya-tanya.
“Mau kenalan kali, cakep bego. Masukin di kantor aja, Jor. Biar gue sama Jenan ada hiburan.”
“Please, gue lagi serius,” tentang Jordy. Tawa Teza yang sempat mengudara seketika terhenti. Air mukanya larut dalam serius, sama seperti Jordy yang terkenal jarang bercanda.
“Iya, iya, ah elah,” sungut Teza. Dia begitu memaklumkan Jordy yang sepertinya dibuat shock oleh perempuan bernama Mentari itu. Di hari pertamanya bekerja sama dengan Jordy, Teza melihat anak itu cukup tangguh. Ia tak gentar oleh omongan sinis yang diucapkan Jordy. Malah semakin Jordy marah padanya, Mentari justru menunjukkan taringnya, seperti yang beberapa menit lalu terjadi.
“Saya nggak suka dengan apa yang kamu katakan tadi,” tegur Jordy.
“Saya juga nggak suka Bapak tidak menghargai saya walau peran saya kecil.” Kalau saja perkataan tadi hanyalah sebuah akting, pasti Teza dan Jenan akan menjadi orang pertama yang bertepuk tangan sangat meriah.
Mereka sangat bangga ada orang yang berani menentang Jordy, dalam artian sifat buruknya yang terlalu serius. Suasana syuting terkadang jadi sangat membosankan karena Jordy selalu spaneng.
“Hahahaha.” Jordy langsung menatap heran Teza yang tawanya melebur. Terdengar mengejek, tetapi Jordy lebih memilih menendam protesnya. Dia menanggapi ejekan Teza dengan pandangan datar.
“Keren banget tuh cewek. Gue ke set dulu ya, buruan lo paksu.”
“Bacot,” rajuk Jordy, menyesap rokoknya dalam-dalam. Sekali lagi ia bermonolog dalam hati, she's weird. But why I can't let my eyes of her?