“Erna, Idan udah tidur?” Sesaat sebelum Jordy tiba di basement, ia sempat menghubungi pengasuh putranya, Erna. Memastikan istirahat Aidan tak terganggu bila ia naik ke apart nanti.
“Udah, Pak,” jawab Erna.
“Oke, saya naik ke unit,” ucap Jordy lalu langsung mematikan sambungan telepon. Perempuan di sebelahnya terbangun, memerhatikan wajah lelah Jordy yang kala itu membuncahkan pikirannya. Ada sedikit keinginan dari perempuan itu untuk menyalurkan rasa terima kasih pada Jordy melalui satu usapan pada pipinya. Namun seberkas kenangan tentang masa lalu Jordy, akhirnya menahan sang puan untuk melakukannya. Ia hanya menoleh pada Jordy sesaat.
“Jangan turun dulu, nanti biar diambilin kursi roda,” kata Jordy.
“Iya, makasih ya. Maaf nyusahin kamu jadinya.” Tepat ketika sang puan berkata, Jordy turun. Dan mungkin ia tak mendengar ucapan tulus dari perempuan bernama Mentari itu. Yang Jordy lakukan hanya memindahkan sebagian barang bawaan Mentari serta tongkat penyangga kaki milik sang puan. Sampai-sampai ia tak menyadari jika Mentari tak melepas tatapannya dari Jordy. terus ia ikuti, dari Jordy yang memanggil para satpam di apart untuk membawakan kursi roda, hingga ia kembali di depan Mentari, membukakan pintu.
“Dhe, bangun. Udah sampe,” ucap Mentari menoleh ke kursi bagian belakang. Seperti yang diucap calon suaminya, si bungsu Dhea juga turut serta diajak Jordy untuk menginap di kediamannya. Sungguh, Mentari tak pernah mengira jika Jordy akan mengizinkan sanak keluarganya untuk bertandang kesana, terlebih setelah Mentari menyaksikan betapa akrabnya Jordy dengan ibu dari mendiang istrinya, ia ragu Jordy akan bersikap sama pada keluarganya.
“Aku bisa turun sendiri, Mas. Nggak papa.” Susah payah Mentari keluar dari mobil. Kakinya yang bengkak membuat Mentari terpaksa meringis menahan sakit.
“Bentar, Mbak. Biar aku bantu.” Dhea langsung buru-buru turun dan membantu sang kakak.
“Dhe, gak usah biar saya aja. Tolong jagain barang sebentar,” sambar Jordy dari samping. Ia melirik beberapa barang bawaan Mentari serta gadis itu yang belum dimasukkan ke lobby.
“Oke, Kak—” Dhea sontak berhenti bicara tatkala kakaknya menatapnya seakan meminta Dhea saja yang membantunya turun. Namun seolah tahu bahwa Mentari sungkan, Jordy memutar tubuh menghadap Dhea, mengisyaratkan jika Dhea lebih baik menuruti perkataannya daripada permintaan Mentari.
Dhea langsung mengangguk setuju pada ucapan Jordy. Gadis itu bertolak ke belakang, kemudian bergegas memindahkan tas, seragam sekolah, serta beberapa pakaian milik kakaknya.
“Turun pelan-pelan.” Usai memastikan jika Dhea melaksanakan omongannya, Jordy langsung beralih pada Mentari yang ia sedang menatapnya penuh rasa bersalah.
“Cepet, malah bengong,” rutuk Jordy. Mendengar omelan lelaki itu, Mentari baru benar-benar bergerak. Ia balas memegang tangan Jordy, namun Jordy malah mengejutkan Mentari dengan menggendongnya agar ia cepat turun dari mobil. Semburat merah muda membuat Mentari langsung memalingkan muka dari sang tuan. Tangannya kembali terangkat, namun tak berani menyentuh apapun yang akan segera halal untuknya.
“Yang bener dong kamu tuh, mau jatuh dua kali apa gimana sih? Ini udah jam dua belas. Lelet banget.” Jordy kesekian kalinya merajuk pada puannya.
“Iya maaf. Tadi harusnya aku dianter Pak Devon. Maaf ya,” sahut Mentari dengan tampang penuh penyesalan.
Melihat Jordy yang sedari tak punya waktu istirahat gara-gara dirinya, Mentari semakin menarik diri. Jangankan berani mengucap kata usai permohonan maafnya, melirik Jordypun nyali Mentari sembunyi. Ia hanya bisa berharap Jordy tak lagi marah kepadanya.
“Pelan-pelan ya, Pak.” Jordy berkata pada salah satu satpam yang datang membawa kursi roda. “Abis jatuh dari motor soalnya.”
“Waduh! Kok bisa, Mbak? Hati-hati, Mbak kalo bawa motor jangan ngebut,” ujar sang satpam yang dibuat kaget saat Jordy menjelaskan.
“Ng...”
“Makanya kalo dibilangin sama calon suami tuh nurut,” sayup Mentari dengar Jordy berkata pelan di belakang satpam yang sedang mendorongnya ke dalam lobby. Ia sontak menoleh pada lelaki itu tapi yang ia lihat Jordy sudah merapatkan bibir sambil membawa barang-barang ke lift.