Glimpse of Their Love Story
Jordy.
Seandainya saya memilih untuk tinggal di masa lalu, dan melaju hanya untuk berkeluh, mungkin sekarang senyum putra saya tidak akan seceria ini.
Saya tidak akan mendengar Aidan meneriaki nama saya dengan penuh semangat. Saya tidak akan mendapat kesempatan dari Aidan untuk memeluknya erat, seperti yang saya janjikan pada ibunya.
Saya akan terus bergulir pada perih yang tak berkesudahan. Meratapi betapa saya nyaris gila karena kehilangan.
Saya hancur detik itu. Kalau boleh saya jelaskan, saya ingin raga saya bersatu dengan ibu Aidan.
Tetapi sebuah insiden menghentikan saya. Membuyarkan segala runyam dalam kepala, hanya dengan satu jabatan tangan.
“Jordy Hanandian?” Saya ingat persis bagaimana pemilik mata bulan sabit itu menyipitkan matanya. Senyum tipisnya perlahan merekah, seperti mentari yang sedang melaksanakan tugasnya. Saya tidak pernah meminta dia untuk menggenggam saya, tapi satu yang saya rasa ketika telapak tangannya menyusupkan hangat di telapak tangan saya.
Perempuan ini, berbeda.
Saya sendiri sempat terkejut ketika dia berteriak lantang, saya ini calon artis!
Kala itu saya tertawa puas di dalam perjalanan menuju lokasi. Saya yang jarang tertawa, tiba-tiba dibuat gila karena narsistik seorang perempuan random berambut ikal.
Yang sinting dia apa saya sih sebenarnya?
Saya juga tidak bisa memastikan.
Yang jelas dalam perjalanan saya ke lokasi, entah mengapa suasana hati saya
Membaik.