Groundless Love

“Nya, cukuran kumis aku ada di koper yang mana ya?”

Suara Shaka terdengar dari luar kamar mandi. Anya yang sedang membersihkan wajah pun teralih fokusnya sesaat Shaka bersuara.

“Yang item, Sayang,” sahut Anya, masih dengan wajah yang penuh make up. Tidak lama berselang, Shaka menyusul sang istri yang tengah mengusap mukanya dengan pembersih. Betapa terkejutnya Anya ketika ia membalik badan, El Shaka tidak mengenakan pakaian atasnya dan pinggulnya hanya ia lilit menggunakan handuk.

Dengan gerakan cepat Shaka sukses membuat Anya menghentikan kegiatan bersih-bersihnya. Ia menggantinya menjadi kegiatan panas yang pada puncaknya menekan hasrat keduanya secara gamblang.

Embusan nafas yang amat tergesa-gesa mengisi kegiatan istirahat Anya dan Shaka siang itu. Shaka yang Anya percayakan, memimpin kegiatan panas mereka, menautkan satu lumatan pada bibir polos Anya, lalu setelahnya Anya gantian menghujani kecupan kecil pada leher sang suami. Anya nyaris tak percaya the sparks yang dulu paling tidak ingin ia ingat, mampir kembali mengisi hidupnya. Rasanya jauh lebih menyenangkan, euforia kebahagiaan meluap-luap dalam diri Anya, ketika Shaka menurunkan kepalanya, lalu mulai menghantarkan sengatan-sengatan yang menekan titik hasrat seorang Anya.

Dari kamar mandi, Shaka menggendong Anya kemudian membaringkan perempuan itu di ranjang. Pakaian mereka mulai tertanggalkan, keduanya saling mencari kehangatan satu sama lain melalui sentuhan-sentuhan yang mereka lakukan.

“You're so damn pretty, Anya.” Bisik Shaka saat ia sibuk menghentak-hentakkan dirinya dengan tempo yang terkadang cepat dan lambat. Yang dipuji hanya tersenyum sambil memagut bibir sang suami.

“Ka... Makasih banyak,” ujar Anya penuh haru saat Shaka mendekap dirinya dan ketika mereka baru menyelesaikan permainan.

“No need to say that, Anya. Aku milih kamu ya artinya mutlak, nggak ada beban atau perasaan nggak enak lainnya.”

Shaka merentangkan tangannya, kemudian mengangkat kepala Anya agar berbaring di lengan atletisnya.

Anya tersenyum haru mendengar ucapan sang suami, lalu sebagai tanda terima kasihnya, Anya menghadiahkan lumatan pada bibir sang suami.

Sesudahnya, mereka mengulang kembali kegiatan favorit Shaka.

Beberapa menit kemudian, Shaka mengusap perut Anya kemudian berkata, “jadi ya, Nak. Biar Kakak Nowa happy, dibawain adik.”

Anya tertawa mendengarnya sambil mengelus kepala Shaka, “Amin. Mudah-mudahan soon jadi papa anak dua ya, Aka.”