It's about Trust

“BIEEEEL—”

Sejenak ucapan Regina terhenti saat ia menatap sesuatu di halaman rumahnya. Scoopy merah muda kesayangannya ternyata telah terparkir manis di sana.

“Gin?” Suara Biel yang selalu menjadi obat penawar rindunya bahkan Regina hardik, saking ia tak percaya dengan apa yang ia lihat di hadapannya.

“Kenapa, Gin? You okay? Halo?” tanya Biel sekali lagi.

“Eh! Iya, Biel. Maaf...”

“Kamu mikirin apa sih? Jadi gak fokus begini.”

“Ng... anu, tadi scoopy pink aku ketinggalan di kafe...” ujar Regina pelan, seperti seseorang yang tengah berbuat kesalahan.

“Scoopy yang waktu itu aku temenin kamu beli? Kok bisa? Emangnya kamu dari mana?” balas Biel memastikan.

Rentetan pertanyaan yang memborbardir Regina barusan membuatnya makin bungkam. Keberaniannya untuk cerita bahwa ia habis diantar pulang oleh Xavier, seketika lenyap.

Dia paham resiko besar yang terjadi, jika ia mengungkapkan yang sebenarnya. Biel pasti akan marah, maka akan lebih baik, jika Regina berkilah.

“Abis dari gereja, meeting kayak biasa itu loh, OMK. T-terus aku pulang jalan kaki ke rumah, soalnya deket rumah kan.”

“Nggak, nggak. Tunggu dulu,” kata Biel menyanggah. “Nih aneh. Masa kamu bisa lupa? Nggak mungkin, Gin.”

Regina mendesah kalut. Ia memang tak pandai berkelit dari Biel. Mungkin karena Biel adalah anak yang selalu dipakai Tuhan, jadi instinct Biel kuat dan tak gampang dibohongi.

“Ng...”

“Apa?” desak Biel penuh penekanan.

“Tadi aku...”

“Xavier lagi kan?” tembak Biel tepat sasaran.

“Denger dulu, Biel..” Regina mencoba membela diri.

“Kita bicara nanti deh, Gin. Soal kamu dan temen kesayangan kamu itu,” potong Biel menahan emosi.

“Biel... aku kan udah jelasin ke kamu, aku sama Xavier gak ada apa-apa. Terus aku kontak dia juga sebatas karena kita sama-sama pelayanan...”

“Ya...Ya...Ya... kamu boleh ngebela diri. Apapun yang kamu bilang, aku coba percaya.”

“Coba percaya gimana maksudnya? Ini jadi kamu nggak percaya sama aku?” Regina balik bertanya.

Dari jawaban Biel, Regina menangkap kalau lelaki itu merasa kecewa terhadapnya.

Rasa percaya yang selalu ada untuk Regina perlahan mulai goyah bahkan luntur.

Regina sadar, pada satu sisi ia kesalahan itu terletak di dirinya, tetapi ucapan Biel entah mengapa agak menyudutkannya.

“Aku bilang, aku bukan gak percaya sama kamu.. tapi aku coba percaya aja. Karena liat deh. Udah berapa kali kamu kayak begini?” balas Biel sengit.

“Sumpah deh Biel, aku nggak ada perasaan apa-apa sama Xavier,” kukuh Regina.

“Ya, semoga aja kamu nggak ada rasa sama dia. Anyway, aku sekalian mau minta izin sama kamu, Gin.”

“Minta izin apa...?”

“Baca chat aku deh. Aku lagi diluar soalnya.”

“Oh, okay deh.”

Setelah Regina mengiyakan, Biel langsung memutus sambungan teleponnya. Dan hal itu meninggalkan perasaan janggal dalam benak Regina.