Jevan Cali Special Episode — Breakfast

tw // mature content cw // kissing ⚠️ Not for minor

“Ngel, kamu...” Jevan terkejut bukan main saat menemukan istrinya mengenakan pakaian yang sama ketika mereka berada di Wakatobi. Pakaian tidur berwarna kuning kunyit dengan pinggiran hitam di sisi lengannya membalut bentuk tubuh Cali. Jevan menelan salivanya dalam-dalam. Kali ini ia tidak khawatir kejadian di Wakatobi akan terulang, kalaupun terulang...

Ya tinggal eksekusi saja, kan udah sah.

“Apa?” tanya Cali dengan lirikan tajam. “Mau bilang saya gemuk? Ini semua gara-gara Bapak ya! Masa mau pemberkatan dibawain croissant sepuluh, dikasih eclaire dua bar.” Alih-alih membalas dumelan Cali, Jevan justru tertawa, memandangi wajah Cali yang merengut sungguh menghibur dirinya dari segala penat.

“Oiya ya, kamu masih dapet. Selesainya kapan?” Bagai menagih memorandum, Jevan bertanya enteng, membuat si puan di depannya ini melebarkan mata.

“Pak...” “Jawab, kapan selesainya?” Jevan maju selangkah. Tubuh atletis, otot bisep besarnya itu nyaris menyaingi tubuh Cali yang mungil dan ramping. Perempuan itu refleks mundur saat Jevan berhenti di depannya. Hidung mancung miliknya kini telah menyentuh pucuk hidung Cali yang minimalis.

“Pak Jevan saya patahin ya hidungnya!!!” Cali memejamkan mata kuat-kuat.

“Saya cuma nanya kapan selesai, gak ngapa-ngapain.”

Dikasih tahu begitu, Cali malah agak tersinggung. Pasalnya Jevan meliriknya dari atas sampai ke bawah, menelaah setiap jenjang badannya. Dalam kepala Cali langsung membuat kesimpulan jika dirinya benar-benar tidak seatraktif itu di mata suami.

Ia mendengus pelan lalu berbalik memunggungi Jevan.

“Angel,” panggil Jevandra. Langkah Cali langsung terhenti di tempat.

”...” Cali menatap Jevandra dari jarak yang cukup dekat, karena lelaki itu telah berdiri kembali di hadapannya.

“Ada apa, Pak—” Jevan ingin membuktikan omongannya tadi malam. Dia tidak peduli tentang Mandala yang masih sibuk mengirim pesan pada Cali, ataupun perasaan Cali yang mungkin masih tersisa cukup banyak untuk Mandala. Di pikiran Jevan saat ini adalah ia ingin Cali berhenti dan percaya padanya, bahwa dia laki-laki normal. Laki-laki yang punya nafsu pada wanita. Maka segera Jevan menangkup perempuan yang baru saja ia nikahi itu, ia mengulum pelan bibir Cali, dan mengubahnya menjadi kecupan-kecupan kecil di bibir. Setelah Jevan puas menjejal bibir wanitanya, kini ia menurunkan kepalanya untuk mengecup leher indah milik istrinya yang seputih susu.

“Pak Jevan... Angel masih dapet...”

Jevan mengangguk, ia juga nggak sinting-sinting banget untuk memaksa Cali melakukan malam pertama mereka. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah kepercayaan dari istrinya. Jevan mengusap bahu Cali lembut, lalu menarik tubuh perempuan itu dalam dekapan, sambil terus menghujani beberapa ciuman kecil di daerah leher, tulang selangka dan belahan dada.

Cali terkejut saat Jevandra menciumi sebagian dari tubuhnya, namun alih-alih risih, Cali malah menikmati kejutan dari sang suami.

Jevan terlalu asyik menikmati santapan paginya, sampai-sampai ia tak sadar Cali telah mengusap tengkuk leher Jevan, penanda bahwa Cali meminta lebih.

“Kalau Angel udah selesai dapet, boleh kok.” Cali berbisik ketika Jevan menegakkan kepalanya. Jevan tersenyum puas sambil berusaha mengontrol miliknya agar bangun disaat yang tepat.

“Saya udah selesai sarapan,” ucap Jevandra sembari mengatur nafasnya agar tidak terengah. Keduanya kini berposisi di ranjang, Cali dipindahkan Jevandra di atas lengan kokohnya. Tangan perempuan itu sibuk mengusap wajah sang suami dengan tatapan kagum.

“Ga ada makanan deh tadi, Pak.” “My breakfast...” kekehnya lagi. Cali berani bersumpah senyum miring Jevandra menekan titik hasratnya yang terdalam. Suara tegukan saliva Cali mengisyaratkan betapa dia juga sedang menahan adrenalin yang sama seperti Jevan, apalagi setelah tahu ternyata Jevan normal.

”...is you,” bisik Jevan sambil mendekatkan wajahnya perlahan, lalu mengunci bibir Cali dengan pagutan panas.