Kemeja

Sejak mendiami apartemen baru, Restu nyaris tak punya waktu untuk merapihkan pakaian yang baru ia bawa dari rumah. Semua baju kerja serta kaus-kausnya masih terdampar di sofa.

Kesibukannya setelah resmi dilantik menjadi Direktur Keuangan di NCIT membuat lelaki tampan itu sering kali langsung membuang tubuhnya di ranjang. Bangun pagi, ia hanya mengambil pakaian yang tersedia. Namun hari ini, karena ditugaskan Shaka untuk hadir di Business Summit Entrepreneur yang diadakan oleh CNN, mau tidak mau Restu harus menyingkirkan rasa malas.

Ia membongkar kembali beberapa kemeja yang dibawakan. Daksanya lantas tertuju pada satu kemeja putih yang dulu pernah dihadiahkan Shea ketika mereka sedang berlibur di Lake Como, tepat sehari sebelum ia memutuskan pertunangan mereka.

“Ini bagus buat kamu, Tu. Aku yang pilih,” kata Shea saat itu. Restu tak menanggapi, meski matanya bergulir mengikuti gerak-gerik Shea. Gadis itu tersenyum, kedua pipinya merona merah hanya karena dapat memakaikan kemeja tersebut pada Restu.

“Ya, bagus. Udah ya, udah gue pake kan?” Lepas lagi deh, gue gak nyaman. Sempit ini, ukurannya salah,” keluh Restu. Shea balas menatap Restu dengan bibir melengkung, “Maaf ya, aku kan nggak tau ukuran baju apa.” Restu langsung mengembalikan kemejanya pada Shea. Tanpa memikirkan bagaimana hancurnya Shea, dia meninggalkan perempuan itu sendirian, membiarkannya merapikan dan membungkus kemeja kembali. Kemudian saat Shea meninggalkan kamarnya, Restu tak lagi melihat kemeja itu berada di sana.

Tetapi siapa sangka kemeja itu malah terbawa Restu, entah kapan Shea memberikan kemeja itu pada keluarganya. Yang jelas, Restu tak lagi ragu memakainya untuk menghadiri acara penting hari ini.