“Kintan enak nih bos, web seriesnya kan nembus dua m.” Tepat jam makan siang, ada satu orang yang bertandang ke ruang kerja Jordy. Teza. Biasanya berdua dengan Jenan, namun akibat kejadian kemarin, suasana dingin masih menyelimuti keduanya. Jenan bahkan terpaksa datang ke kantor dengan pelipis biru hingga menjadi pusat perhatian beberapa anak buahnya.
“Lo masih ngambek sama Jenan?” tanya Teza mengalihkan topik. Yang ditanya hanya meliriknya tanpa ekspresi, dan membuat Teza semakin tertawa karenanya. “Gue tau Jenan salah. Caranya salah, tapi udahlah, Jor. Temen deket kita, gue yakin dia gak maksud buat ngegoda bini lo.”
Lelaki yang menjadi lawan bicaranya masih senantiasa menutup mulut. Sedari tadi yang dilakukannya hanya membaca skenario untuk proyek selanjutnya, seakan menghindari arah pembicaraan tentang Jenan. “Kalo lo kayak begini, bagus dong. Usaha Jenan berhasil artinya!” Teza tiba-tiba nyeletuk.
“Usaha apa?” Lelaki itu memandang Teza dengan muka lempeng.
“Ngetes lo jatuh cinta sama Mentari apa enggak,” jawab Teza enteng.
Ia menjentikkan jari pada kertas yang sedang dibaca oleh laki-laki itu. Mendengar celetukan Teza, Jordy hanya bergeming. Tidak menganggukkan kepala maupun menggeleng. Sementara Teza yang sedang mendaratkan tatapannya pada pria itu tersenyum tipis. “You love her, Jor. You really love her,” sambungnya penuh keyakinan. Namun si es batu itu malas menanggapi dan melakukan satu kebiasaan buruknya—menghindar, “lo masih mau ngepoin urusan gue, atau mau meeting? Kalau enggak silakan keluar. Pintu di depan.”
Teza memutar bola matanya, lalu terbahak. “Makan tuh gengsi,” cibirnya puas.
“Gue gak makan di luar hari ini.” Arah tatapan Jordy kemudian melipir ke sebuah tas yang ia bawa, berisikan tupperware yang mengeluarkan aroma sedap.
“Lo...apa?” balasnya heran. Tanpa menjawab pertanyaan Teza, lelaki itu mengeluarkan kotak makan yang ia bawa dari rumah.
“LO BAWA MAKANAN DARI RUMAH?” Teza menjerit histeris karena tak percaya dengan apa yang ia lihat. Jordy yang Teza kenal adalah sosok yang paling anti membawa makanan dari rumah. Sejak kepergian Kirana, Jordy selalu makan di luar jam istirahat kantor, ditemani kopi dan rokok seusai menyantap makanan.
“Apaan sih? Heboh banget,” sahutnya sembari membuka kotak makannnya yang ternyata tidak hanya berisi nasi goreng sesuai yang ia minta, namun juga ada buah-buahan, sayur dan berbagai makanan ringan lainnya.
“Ini mah si Riri nyuruh lo buka warung sih, Jor,” gurau Teza mencomot salah satu buah kesukaan Jordy—strawberry. “Main ambil-ambil aja lo!” tukas Jordy dengan wajah merengut.
“Yah, udah ketelen, Jor. Gue muntahin lagi aja ya?” ledek Teza.
“Jorok banget lo, gue lagi makan!” semprot Jordy kesal.
—