Mahligai
“Bagus?” Mentari mengangguk. “Tapi kamu jadi kayak pejabat.” Sekilas Mentari melirik kerah batik Jordy yang ternyata belum terlipat sempurna. Ia mendekat, lalu membenahi kerah milik Jordy tersebut.
Sedang lelaki yang tengah ditatapnya itu terus mengikuti gerak-gerik Mentari. Sediktpun tak terlepas, bahkan kalau boleh dibilang Jordy begitu terpikat oleh kecantikan Mentari tanpa polsesan bedak.
Lagi-lagi aroma kayu cendana milik Mentari membuatnya tak berkutik. Tangan lelaki itu mulai terangkat untuk memperdalam peluknya pada sang puan.
“Kamu nggak nyampe ya?” Dia tertawa, tapi tidak dengan Mentari yang belum apa-apa sudah menunjukkan taringnya.
“Iya aku tau aku pendek.” “Ya ini saya bantuin biar gampang benerin kerahnya.”
“Udah.” Mentari melangkah mundur. “Rambut saya? Gak sekalian?” “Kamu kan bukan Aidan.” “Tapi saya juga mau kayak Aidan.”
“Issssssshhhhh!!!!” Mentari mengulur tangan, menarik sehelai rambut Jordy untuk dirapihkan.
“Udah Mas. Ganteng pokoknya, Insha Allah besok kamu dinilai baik sama keluargaku. Rating A plus tanpa bimbingan orang tua.”
Jordy tertawa kecil, “apa sih, bawel.”
Sekaligus mengacak rambut Mentari hingga membuat kedua pipinya memerah