Mataharinya

Jika Jenan diberi satu kesempatan lagi untuk menikah, maka perempuan yang berdiri anggun di depan tadi, adalah pilihannya. Jenan pastikan bahwa perempuan bermahkota itu akan menjadi ratu selama mereka mengarungi kehidupan.

Ia tak berhenti memandang wanita itu dari kejauhan. Sedikit saja berpalingpun Jenan enggan melakukannya. Netranya terpatri pada jemari lentik sang puan, ia berandai jika seandainya lelaki beruntung itu adalah dia, bukan Jordy si bajingan.

Ketika Jenan membuka unggahan status whatsapp Jordy, ia sontak menggebrak meja. Murkanya meledak memenuhi dada.

Bagaimana bisa Jordy menikahi wanita tak bersalah itu? Apa dia tak memikirkan kedepannya? Isi pikiran Jenan diburu oleh puluhan pertanyaan yang sama. Hatinya menggebu untuk menjaga sang puan dari laki-laki yang baru saja mengikrarkan diri menjadi suaminya.

Maka dalam sepersekian detik Jenan memutuskan untuk mengambil screenshot dari apa yang Jordy unggah.

Bajingan! Tumpah sudah segala tumpuan amarahnya. Bila saja lelaki yang ia sumpahi itu ada di depan Jenan sekarang, ia takkan segan menghabisi Jordy dengan tangannya sendiri.

Rahang mengeras serta tangan mengepal. Penyulut api di tangan tak sengaja membakar ujung telunjuknya, pertanda Jenan kini begitu ingin lari memeluk mataharinya.