Pilu Membiru

“Mas?!” Mentari tak dapat menahan cemasnya saat ia melihat Jordy kembali dengan wajah lebam dan biru. Tubuh besar lelaki itu sempat goyah, terhuyung. Nyaris menimpa Mentari begitu saja. Namun untung Devon menemani tuannya pulang. Lelaki itu yang membantu Jordy untuk duduk di sofa.

“Mas Devon, kenapa Mas Jordy bisa sebabak belur ini?”

Pengabdi Jordy itu bungkam, tapi jelas gurat wajahnya menyimpan sejuta kekhawatiran. Mulutnya terkunci rapat. Tapi justru itu yang menggelitik rasa penasaran Mentari.

“Siapa yang nonjok Mas Jordy sampe begini?” ulangnya tegas.

“Mantan mertuanya Bapak, Mbak, bersama orang-orang suruhannya.” Jeda kalimat yang terlontar dari bibir Devon membuat Mentari menjengit ngeri.

Siapa sebenarnya orang tua Kirana hingga seenaknya saja menggebuk orang? Bukankah semestinya pertemuan itu diwarnai haru?

Kenapa malah jadi pilu membiru?

“Mas Devon, boleh jelasin ngga detailnya? Saya janji ga akan bilang sama Mas Jordy,” desak Mentari dengan nada memohon.

Lelaki itu kemudian menghela nafas gusar. “Bapak cuma minta izin untuk menikah lagi dengan Mba Riri.”

”...Terus mantan mertua Bapak marah besar. Langsung minta orang-orangnya untuk mukulin Bapak.”

Mentari tercengang bukan main. Jordy ini bukan pernah menikah dengan mantan mafia kan? Mengapa ia harus menerima perlakuan sekeji ini hanya karena menikah lagi?

“Astaghfirullah... Gitu ceritanya. Tapi untung Mas Jordy masih selamet walaupun bengep gini, ih. Minta tolong ambilin air panas ya, Mas Devon. Saya mau basuh lukanya Mas Jordy.”

Devon mengangguk dalam heningnya, ia melangkah jauh dari sofa lalu memutar tubuhnya sendiri. Pelan lelaki itu bergumam, “Ya Allah, Pak Jordy. Kenapa nggak dari dulu ketemu sama Mba Riri? Mana cantik begini...”