The Truth is..

“Dy, ada apa ini? Kok... ruang kerja kamu kosong?” Sepintas pikiran Recha memutar memori tentang almarhumah putrinya dan sang anak menantu. Saat Jordy membangun rumah produksi ini, ruang yang kini sedang ia tempati memiliki kenangan tersendiri.

Jordy selalu meletakkan sebuah kursi empuk di pojok ruangannya yang berfungsi untuk Kirana kalau ia sedang bertandang ke kantor suaminya. Namun saat Recha menginjakkan kaki ke ruang kerja Jordy, ia tidak menemukan kursi itu lagi, juga beberapa foto pernikahan sang putri dan anak menantu.

“Kamu mau pindah kantor?” tanyanya kemudian. Agak tergelitik benaknya untuk tahu alasan Jordy menggusur foto-foto Kirana dari meja serta pajangan dindingnya. Sementara sosok gagah yang sedang ia ajak bicara sibuk meletakkan sebuah undangan di atas meja.

“Ody, Mama lagi bicara lho...” ucap Recha.

“Ada yang mau Ody bicarakan, Ma.” Tanpa basa-basi lelaki itu mengangkat tatapannya pada Recha. Serius.

“Iya, apa? Ulang tahun Idan kan? Kamu udah WA Mama lokasinya waktu itu. Apa mau pindah lokasi lain?”

Anak menantunya kontan menggeleng. Menggeser satu undangan yang ternyata tak sengaja terselip di bawah undangan ulang tahun Aidan.

“Ody mau menikah lagi,” tandas lelaki itu dalam satu hembusan nafas. Recha terdiam, terlalu kaget dan tak percaya mendengar ucapan anak menantunya.

Ia lantas menertawai ucapan anak menantunya. “Kamu ini, bercandanya ya, suka kelewatan—”

“Maaf, Ma. Ody serius. Ody...”

Recha yang mendengar Jordy memotong pembicaraannya langsung mendekat. Nafasnya menggebu. Bahkan tak sungkan perempuan itu menggebrak meja dan yang lebih parahnya lagi, ia melayangkan satu tamparan pada pipi mulus lelaki itu.

“Kurang ajar! Saya tidak akan pernah datang ke ulang tahun Idan. Tahun ini bahkan tahun-tahun berikutnya. Anak saya rela meninggalkan rumah demi kamu, dan sekarang firasat saya terbukti! Kamu malah berkhianat dengan perempuan lain?!” Suaranya meninggi namun gemetar. Matanya melebar penuh amarah.

“Ma, ini demi Aidan juga–”

“Demi Aidan dari mana? Kamu aja yang gak bisa mengurus dia dengan baik. Buktinya, kalo Idan kamu urus dengan bener, dia gak perlu mencoreng nama keluarga saya karena nakal di sekolah. Kamu emang gak bisa jadi ayah yang baik buat Idan! Gara-gara kamu, anak saya meninggal! Dia sakit keras dan ga berani bilang ke kamu! Dia mempertahankan hidupnya demi kamu. Eh, sekarang malah enak-enakan mau nikah lagi sama perempuan lain!”

Amarah Recha yang meledak saat itu sontak membuat laki-laki di depannya ini tak berani mengangkat kepala. Sedari tadi ia hanya diam dan menerima semua repetan dari mantan ibu mertuanya. “Ody sekali lagi minta maaf. Ody sangat mencintai Kirana, Ma..”

“Cinta? Kamu cinta sama dia? Dari awal saya tuh udah ragu sama kamu. Dia sakit aja kamu nggak tau, ga pernah kamu temenin. Eh, sekarang sok banget jadi pahlawan bilang cinta! Anak saya udah gak bisa balik lagi. Raganya udah ga ada di muka bumi. Kalau kamu bisa balikin, baru saya akuin kamu cinta sama anak saya!” sergah perempuan itu memburu. Ia keluar dengan wajah kesal yang membuat semua mata menoleh ke arahnya.

Juga, seorang perempuan muda yang tadi sempat berbuat ulah dengannya di depan.