Then vs Now

“Gin!”

Langkah Regina yang beberapa detik lalu baik-baik saja mendadak gontai seketika, kala mendengar sebuah suara memanggil namanya.

Ternyata sang pemilik suara itu adalah Della, sahabatnya sendiri. Mendengar nada ceria yang mengalun dari Della, Reginapun segera memutar tubuhnya menghadap Della.

“Iya, Del?” tanya Regina sambil tersenyum seolah tak terjadi apa-apa.

Dulu-dulu, Regina tak pernah setakut ini jika hang out dengan beberapa anak mudika. Ia selalu senang bila bepergian ke gereja bersama mereka. Dengan hati penuh sukacita dan gembira menyambut Tubuh Kristus di rumah-Nya.

Beda dengan sekarang. Ia selalu diburu was-was dan rasa bersalah. Bukan hanya ke satu orang, melainkan pada dua orang sekaligus. Lelaki yang paling ia cintai, Gabriel dan sahabatnya sendiri.

Regina sadar akan apa yang telah ia lakukan. Bila ia paksakan untuk tetap berada di persimpangan itu, maka ia akan kehilangan orang-orang yang tulus mencintainya. Dan tentu, Regina belum siap menerima konsekuensinya. Sekuat tenaga dan semampu raganya, Regina berjanji bahwa ia akan menjauh dari kesalahan itu.

“Lo kesini sama siapa, Gin?” tanya Della usai Regina mampir berdoa di Goa Maria sebentar.

“Sama...Xavier,” jawab Regina hati-hati.

“Xavier?” balas Della. Matanya terlihat menyipit, seakan mencoba mengingat satu fakta tentang Xavier. “Kok bisa...?”

“Gue satu lingkungan sama Xavier, Del.” Regina cepat-cepat mengklarfikasi.

“Oalaaah. Iya, ya!” Della merespons. Nampaknya ia lupa kalau Regina dan Xavier berada di satu lingkungan yang sama. Tapi syukurlah. Setidaknya ia telah berhasil menyelamatkan diri dari masalah yang paling tidak mau ia cecap—salah paham.

“Kalo gitu..” Della mengangguk paham, kemudian berbisik dan tersenyum penuh arti. “Lo ngertilah, Gin, maksud gue.”

Gadis itu mengedipkan sebelah matanya.

“Apa...?” balas Regina bingung.

“Gue duduk sebelah...Xavier ya, nanti?” ujar Della penuh harap.

“Eh, ya silakan! Good luck ya, Del. Semoga Xavier bawel nanti di chat sama lo.”

Della terperanjat bingung. “Emang Xavier bawel ya? Perasaan tuh anak dingin banget.”

Untuk pertanyaan yang satu itu, sepertinya Regina lebih baik bungkam, daripada mulut besarnya ini menjerumuskannya dalam masalah baru.