This Happened Again

Rumah makan yang nyaris delapan tahun tak pernah Jordy kunjungi, akhirnya menjadi tempat persinggahan untuk makan siangnya bersama Mentari. Sebenarnya Jordy tau tempat makan ini dari Kirana. Ia selalu suka dengan menu sop buntut dan coto makassar yang menjadi ciri khas dari daerah asal Kirana itu.

Netra Jordy bergulir pada salah satu tempat duduk yang dulunya sering ia tempati bersama Kirana kalau sedang mampir ke sini.

“Penuh lagi tempat duduknya,” keluh Mentari kala memerhatikan lautan manusia yang menikmati santapan lezat di depannya. Daksanya pun berhenti pada satu tempat di pojok.

“Mau duduk disana aja?” tawarnya pada Jordy. Tanpa protes, Jordy mengangguk. Ia jalan di depan Mentari. Gadis itu melirik tangan Jordy untuk beberapa saat, sedikit menanti Jordy akan mengggandeng tangannya seperti saat di studio foto tadi.

Tapi ternyata, tidak.

Lelaki itu hanya terus berjalan lurus hingga sampai di tempat duduk yang mereka tuju.

“Eh, Jordy!” Seorang pria yang Mentari belum pernah jumpai menyapa Jordy dengan senyum sumringah. Pria itu melirik Mentari sesaat lalu kian melebarkan senyumnya.

“Udah move on ya, Jor? Cakep banget anjir!”

Mentari kontan memasang mata terhadap Jordy, ingin tahu apa yang akan Jordy katakan pada laki-laki itu. Namun Jordy tak menjawab pertanyaan tersebut. Dia cuma tersenyum simpul tanpa mengangguk.

Mentari membisu.

Ia yang semula berpikir hari ini akan menjadi langkah baik baginya untuk sedikit menata hati Jordy, ternyata salah. Semesta belum memberi ampun padanya. Terus saja Mentari dibiarkan nelangsa karena ia bersikeras menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak mencintainya.