Weird Dream
Sudah dua hari aku tidak bisa tidur. Kantung mataku menjadi gelap, dan setiap kali aku bekerja paruh waktu, rekan kerjaku tiada henti bertanya mengenai kondisiku. Chanting, salah satu teman baikku di tempat kerja menghampiri, “Ri, sumpah lo nggak pernah tidur apa gimana sih? Mata lo gelap banget sumpah.” Terdengar nada khawatir dari bibir Chanting.
“Nggak tau, Ting. Belakangan, gue lagi capek aja mungkin,” kilahku sekalian enggan membuatnya khawatir.
Sebabnya belakangan ini, aku bermimpi aneh. Sesosok perempuan dengan surai panjang hitam kerap mendatangiku di mimpi, memanggil namaku berkali-kali.
“Mentari...Mentari...” Perempuan cantik itu memiliki wajah yang sangat anggun, lembut dan bercahaya. Namun raut wajahnya terasa begitu menyedihkan, seperti ada luka yang tersirat dari tatapnya.
Ketika aku hendak bertanya tentang dirinya, sosok itu tiba-tiba berkata, “terima kasih.”
Mendengar ucapannya, aku mengernyit bingung. Aku merasa tidak berbuat apa-apa untuknya.
Dan aku memutuskan untuk membalas ucapan terima kasihnya, namun sebelum aku sempat menjawab ucapan ia kembali berkata, “Mentari, saya pinjam...”
Perempuan itu tiba-tiba hilang bagai ditelan bumi sebelum ia menyelesaikan ucapannya. Tinggalah aku di sana sendirian, bingung mencari sosoknya. Wujudnya tak muncul lagi di depanku.
Setelahnya, aku terbangun dengan keringat yang membasahi sekujur tubuhku.
Kakiku membeku, badanku tak dapat bergerak sama sekali. Di sekelilingku, suara-suara mengerikan mulai terdengar.
Ada yang tertawa, merintih, menjeritkan namaku. Aku benar-benar seperti berada di alam lain. Tapi kupastikan kakiku masih menginjak tanah, dan tubuhku yang terbujur kaku ini...
Astaga! Aku bisa melihat tubuhku terbaring di ranjang???? Padahal kakiku menginjak lantai. Aku menangis ketakutan, aku berteriak-teriak minta tolong tapi tak satupun orang di kosanku mendengar jeritan ini.
Nafasku mulai tersengal-sengal, bibirku memucat dan lagi-lagi aku seperti dipukul sesuatu yang keras. Bunyi benda terjatuh di dekat lemari mengguncang jantungku, tapi sayang aku belum bisa bergerak.
“T-tolong...” rintihku dengan sisa tenaga yang kupunya, namun tak satupun mendengar teriakanku. Setelah lima detik berlalu, angin besar menerpa dan aku..kembali pada tubuhku yang terbaring di ranjang itu.