When a Man In Love
“Who said you can go?” Suara serak nan dalam itu sontak mengejutkan Mentari. Dia pikir lelaki di sebelahnya ini benar-benar tertidur, nyatanya dia hanya memejam mata. Dengan daksa yang mengerjap khas orang baru bangun, lelaki itu memajukan wajahnya.
“Sebatas peluk ya, Mas. Jangan cium-cium, awas!” Mentari mengultimatum, lalu menjauh dari Jordy.
“Siapa juga yang mau ciuman pas ada anak di pinggir gitu?” balas Jordy nyengir, kemudian menarik Mentari ke sisinya.
“Mas Jordy.” “Hmm?” “Aku... bukan Mbak Kirana.” “Iya, tau.” “Ya udah peluknya udahan.”
“Kamu kenapa sih? Anti banget sama saya kayaknya.”
Mendengar rajukan Jordy, Mentari mengerutkan alisnya.
Dia dibuat bingung dengan ketidak-terimaan Jordy barusan. Sebab setahunya, Jordy berkali-kali menegaskan bahwa Mentari tidak boleh terlalu dekat dengannya.
Namun sejak pagi, bahkan mungkin berminggu-minggu lalu, Jordy menunjukkan sikap yang berbeda. Kecuali gigauannya itu. Sampai detik ini Mentari tak bisa lupa bagaimana lelaki itu nyaris menangis sambil menyebut nama mendiang.
“Kenapa kamu anti banget sama saya? Kamu lebih mau sama Jenan? Kamu ngarepnya depan kamu sekarang nih Jenan. Iya gitu?” Suaranya dalam, namun penuh penekanan.
“Nggak gitu. Kenapa jadi bawa-bawa Pak Jenan sih? Sangkut pautnya apa?”
“Dia deketin kamu kan?” “Enggak.” “He clearly said that to me. Dia jelas-jelas naksir kamu, Mentari.”
“Orang kayak Pak Jenan naksir aku dari mana sih Mas Jordy?” Kali ini Mentari mulai kesal. “Dia tuh auranya se-pangeran itu, mana mungkin naksir perempuan gemblong kayak aku gini, dih.”
Jordy diam, tapi jelas dia tak menerima pembelaan Mentari. “Kalo ngobrol sama Teza dan Jenan, harus ada saya di sebelah kamu.”
“Iyaaa.” “Pake cincin tunangan kita, jangan dilepas.” “Iyaaaa, tapi kamu juga. Boleh nggak?” “Iya. Saya nggak bakal lepas kok.” Ia membenamkan wajahnya pada bahu Mentari. “Sanaan ah, ntar Idan liat!”
“Biarin aja.” “Jangan gitu lah, Mas Jordy. Anak kita masih kecil, masa kamu izinin dia liat yang enggak-enggak?”
“Babe, we're just hugging. Kan saya nepatin janji.” jawab Jordy tak mau kalah. Alhasil Mentari mengalah, membiarkan lelakinya memperdalam peluknya.
“Kayak udah cinta aja.” ceplosnya sepelan mungkin.
“Kalo enggak, ngapain saya tidur di sebelah kamu?”