When Love Gone Wrong
Suasana penerimaan award makin meriah tatkala tim rumah produksi Jordy dipersilakan naik ke atas panggung. Penggemar Kirana hadir dan menyoraki Jordy penuh haru. Sama sekali, mereka tak peduli akan hadirnya Mentari sebagai istri Jordy yang sekarang.
Terus mereka gaungkan nama Kirana dan Jordy, bahkan masih saja sayup Mentari dengar bisikan-bisikan yang berkata jika Jordy dan Kirana adalah pasangan sehidup semati. Jika saja Mentari bebas pergi, ia akan melakukannya. Sejak tadi Mentari sudah berusaha mengalihkan kesedihannya. Tapi selentingan komentar beberapa teman Jordy mengenai dirinya membuatnya tak berkutik.
“Cantik, tapi gak pinter dandan ya.”
“Kayak orang desa aja.”
“Si Jordy bawa dia kesini buat apaan deh? Kan jelas-jelas mau nerima penghargaan tentang Kirana.”
Mentari hanya bisa menepis perihnya dengan mengontak Chanting dan Renjana. Meski Renjana tak datang di award ini, ia dan Chanting menontonnya dari rumah. Mereka sungguh tak sabar melihat Jordy bicara di atas panggung, ingin tahu kalimat apa yang akan ia katakan dari sana.
Dan tak lama, saat MC berseru memberi ucapan selamat pada Jordy, lelaki itu dipersilakan untuk ke panggung, menyampaikan sepatah dua kata setelah menerima penghargaan ini.
“Pertama-tama, saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kedua orang tua saya, juga tim dari rumah produksi yang dapat bekerja dengan baik, para pemain, kru, dan orang-orang kantor, sehingga kami dapat menerima penghargaan ini.”
Jordy menjeda kalimatnya sejenak, ditatapnya piala bergengsi itu dengan mata berkaca-kaca. Suaranyapun mulai goyah saat akan kembali bicara, ”...Dan, saya juga berterima kasih kepada mendiang istri saya tercinta, Kirana, yang menjadi sumber inspirasi terbesar saya dalam mengerjakan proyek ini. Terima kasih.”
Ucapan Jordy barusan menerima applause dari para penggemar, juga mantan mertua Jordy, Recha, yang duduk di deretan tamu VVIP bagian depan bersama pihak penyelenggara.
“Bener kan kata gue,” celetuk salah seorang penggemar Kirana. “Perempuan yang dia bawa itu dinkahin karena kecelakaan. Badannya gendut sih abisnya.”
Para penggemar Kirana kebetulan menempati bagian belakang dekat round table Mentari, Jenan dan Teza. Ketika penggemar itu berucap, Jenan langsung menengok padanya dengan tatapan tajam hingga membuat sang penggemar menunduk dengan wajah ketakutan. Sementara perempuan yang mereka bicarakan sengaja membuang tatapan ke arah lain. Wajahnya memerah, bibir bawahnya gemetar. Air matanya nyaris tumpah kembali, namun seketika terhenti saat perempuan cantik itu menyadari sesuatu.
Bahwa Jenan, laki-laki yang dicap sebagai bad boy kelas wahid, menggenggam erat tangannya, seolah ingin membuktikan jika ucapannya waktu itu pada Mentari tidak main-main. Perempuan itu tersentak, mencoba melepas tangan Jenan yang terus menggenggamnya erat, bahkan sampai Jordy kembali duduk di sebelahnya, Jenan tak gentar menunjukkan taringnya. Terus saja ia eratkan genggamannya pada Mentari hingga perempuan itu terlihat tidak nyaman.
Suara denting alat makan yang terjatuh akhirnya menghentikan segala tindak tanduk Jenan. Lelaki itu akhirnya mengalah, melepas kaitan jemarinya dari Mentari. Dan Jordy, laki-laki yang semestinya punya hak melakukan hal itu tampaknya tidak menyadari apa yang telah sahabatnya lakukan. Pandangannya lurus ke panggung, tak sedikitpun kata terucap, berbeda dengan Mentari yang melirik Jordy nanar, seakan sadar jika nasihat Bulik Ratih padanya waktu itu telah menjadi bumerang di hidupnya sendiri.
—