When She's Gone

Benar apa yang dikatakan Teza, Mentari sangat memprioritaskan Aidan diatas segalanya, dan Jordy uring-uringan karena itu.

Dia bukan bermaksud cemburu, tetapi Idan kerap membuatnya merasa tersingkirkan, apalagi saat sedang bertengkar hebat seperti sekarang. Mentari seakan-akan menghindari pertengkaran itu, dan memilih tidak membahasnya karena takut Aidan dengar atau tahu kalau kedua orang tuanya akan berpisah.

Selama menyetir, Jordy berusaha tenang dan fokus, tapi tetap diiringi gundah, cemas dan penasaran yang membuncah. Ia tak sabar Mentari membatalkan gugatan perceraian mereka. Maka sesampainya ia di rumah, Aidan yang untungnya masih terlelap segera ditaruh Erna di kamarnya, sedang ia menuju kamar tamu, mencari keberadaan Mentari.

“Ibu kemana?”

“Di kamarnya, Pak.”

“Kosong gitu loh, nggak ada orang. Barang-barangnya ga ada di kamar.”

“Waduh, Pak, maaf saya gak ngeuh, tadi saya diminta Ibu beresin kamar Bapak. Saya bersihin pas ada Ibu, Pak.” Rahang Jordy mengeras.

“Kamu ini gimana sih, Erna? Masa Ibu kabur aja kamu nggak tau!”

“Maaf Pak, saya bener-bener nggak ngeuh.” Menghardik seribu alasan Erna, Jordy yang tengah gusar mencoba menghubungi istrinya dan naasnya tidak diangkat.

“Tez, tolong.” “Nape?” “Mentari pergi, kabur dari rumah.” “Njing. Sabar ya.” “Bantu cariin Tez, gue pinjem orang-orang lo ya.” “Sip.”