Winning
Ricuh dan sorak kemenangan dari kubu kanan yang adalah Adire Team Malaysia memenuhi arena sirkuit. Dari podium teratas, El Shaka melambaikan tangan, sambil membawa piala juga champagne. Ia membuka botol sebagai tanda kemenangannya. Teriakan bahagia menghampiri Shaka, begitu juga Anya yang menonton sang suami dari ruang tunggu VVIP. Harupun tak pelak memenuhi relung perempuan itu, tangis bahagia tak luput di wajahnya. Ia ingat betul bagaimana perjuangan Shaka. Baru semalam sang suami bercerita alasan ia memilih keluar dari arena balap.
“Jujur aja, Nya. I love circuit, I love racing. Tapi pas aku kalah waktu itu, aku ngerasa payah banget. It's like I'm losing my identity. Aku ngecewain semua orang yang percaya sama aku. That's why aku milih keluar dari balapan. Aku takut enggak bisa ngebanggain orang-orang yang udah percaya sama aku...”
Mendengar nada putus asa yang keluar dari bibir lelaki itu, Anya mulai mengerti betapa besar pengorbanan Shaka terhadap dirinya sendiri. Menekan ego-nya untuk keluarga, demi orang-orang yang begitu ia sayang, tidaklah mudah.
Pada suatu titik, Anya yakin Shaka pernah terlalu keras pada dirinya sendiri. Seperti Anya, yang pernah tenggelam pada ekspektasi-ekspektasi tertentu dan berusaha untuk mencapainya demi kebaikan semua orang.
Kenyataannya, Anya sangat sadar jika ia terus hidup dengan menjalani ekspektasi orang agar terlihat baik, ia akan semakin terpuruk. Inilah mengapa akhirnya Anya berhenti untuk menyenangkan orang lain.
Tara dan mantan ibu mertuanya. Ia berhenti menggantungkan harapan dan berharap pada lelaki itu. Di saat Anya berhenti dan keluar dari zona itu, barulah ia dipertemukan dengan laki-laki yang sepadan, bernama El Shaka.
Yang mampu membuatnya merasa berharga, dicintai, dan amat layak menerima rasa bahagia yang benar-benar mereka ciptakan. Tidak tumpang tindih, melainkan dari keduanya.
Shaka turun dari podium kemenangannya, menyalami tim dan semua orang yang ada di sekitaran booth. Tak terkecuali Sena, rivalnya.
“Selamat, Ka,” ucap Sena dengan seulas senyum di bibir. “Lo nge-proof ke gue, kalo lo adalah the actual winner. Lo pantas bawa pulang piala itu.” Netra Sena tertuju pada piala yang ada di tangan Shaka.
“Sama-sama, sukses terus kariernya di dunia balap,” sahut Shaka, membalas jabatan tangan Sena.
Tak beberapa lama setelahnya, Shaka langsung menuju ruang tunggu, berlari cepat mencari Anya yang sedang duduk di sana.
Perempuan berkulit putih susu itu merentangkan tangannya, sesaat Shaka muncul. Disampirkannya piala kemenangan yang ia bawa, lalu dalam hitungan detik, Shaka berlabuh pada dekapan Anya.
Tanpa berlama-lama, Anya kembali mendaratkan ciuman pada bibir Sang Adam. Biasa, kalau sudah begini, Shaka langsung memahaminya sebagai small present dari Anya untuknya. “Congratulations, jagoanku.” Anya mengusap wajah Shaka yang tersenyum hangat kepadanya.
“Thank you, Love. Bener kan kata aku, ada kamu aku menang. Ini kadonya, buat kamu sama Nora,” balas Shaka, memeluk Anya erat-erat. Perempuan yang ia peluk itu mengangguk dalam dekapannya, menyetujui ucapan Shaka. “Makasih kadonya, jagoannya Nora dan Anyaaaa!” Sudah nggak malu, Anya langsung memajukan bibirnya untuk dikecup Shaka.
Tapi...
“WUIIIIH!” Suara dehaman dari belakang membuyarkan aksi Shaka yang nyaris memagut bibir Anya. Rawan memang, kalau di tempat umum seperti ini.
Lelaki berkulit putih, yang merupakan sahabat sekaligus manajer Shaka di Adire itu menahan tawa sejadi-jadinya saat menemukan Shaka yang tersipu karena ia pergoki.
“Mo'on maap aja nih, saya mah sadar diri aja, nggak bisa ganggu penganten anyar,” ledek lelaki yang akrab disapa Aldo itu.
“Oit!” Sambil merangkul Anya di sebelah, Shaka balas menyapa Aldo.
Dengan cepat Aldo menghampiri Shaka, lalu memeluknya sebentar. “Gue emang nggak pernah salah kalo ngerekrut pembalap. You got your name back, bro!”
Aldo menatap Shaka dengan rasa bangga. “Thank you, Aldo,” sahut Shaka dengan senyuman.
“Nya,” panggil Aldo. “Pinjem suaminya sebentar ya? Mau ada wawancara soalnya.”
“Oh iya, silakan,” kata Anya, melepas rangkulan sang suami.
“Sebentar ya, Hon. Ke depan dulu.”
“Iyaaa.”
—
“Kemenangan ini saya berikan untuk keluarga saya. Istri dan anak saya. Papa, kakak, dan kembaran saya. Juga untuk teman-teman dan tim yang terlibat. Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan doanya,” ujar Shaka berpidato di depan podium. Ia menerima kalung bunga sebagai tanda pemenang juara pertama dalam turnamen balap kali ini.
Dari sekian banyaknya wartawan, Shaka tak menyangka ada satu orang yang melontarkan pertanyaan tak terduga.
“Anda dan istri Anda baru saja menikah, bagaimana bisa Anda langsung punya anak? Jangan-jangan Anda menikah dengan janda?”
Shaka sempat terkejut kala mendengar pertanyaan itu, tetapi jawaban Shaka jauh lebih mengagetkan semua orang sekaligus menyenggol mental sang wartawan.
“Saya tidak pernah mempermasalahkan masa lalu istri saya. Dia janda atau bukan, tidak berpengaruh untuk saya. Anak istri saya, adalah anak saya juga. Dan saya sangat sayang kepada anak saya. Jadi lebih baik, jaga etika Anda sebagai wartawan saat bertanya. Terima kasih.”
Sontak semua yang mendengar jawaban Shaka terdiam seribu bahasa. Tidak ada yang berani menatap mata Shaka. Mukanya terpasang tegas sehingga aura garang yakuza-nya keluar sampai membuat sang wartawan memohon maaf pada Shaka serta Anya.